
HUNTER NEWS INHU – Dalam siklus alam semesta setiap satu tahun terbagi menjadi empat musim, yaitu musim semi, musim panas, musim gugur, dan musim dingin.
Namun di Indonesia karena terletak didaerah tropis, maka hanya ada dua musim saja, yaitu musim hujan dan musim kemarau.
Namun dalam satu dekade terakhir ini ada bebepa daerah dibelahan bumi Indonesia memiliki tiga musim, ya… Musim Asap atau Musim Jelebu, musim yang terjadi akibat keserakahan manusia dalam mengelola alam dan membawa bencana.
Bagaimana sejarahnya sehingga ada daerah yang menjadi aneh degan tiga musim yang dimilikinya, tadinya hanya merupakan bencana yang datang tidak rutin, dimulai pada Kebakaran tahun 1982-1983 Kebakaran hutan pertama di Indonesia pada abad 20 terjadi pada 1982-1983 yang menghanguskan 3,6 juta ha.
Hal itu diungkap Sawitwatch dalam laporannya dan menyebut Kalimantan Timur jadi daerah terparah dalam peristiwa tersebut. Kebakaran ini sendiri disinyalir karena perubahan struktur vegetasi akibat pembalakan kayu.
Lebih lanjut, WRI pun menyebut seengaknya kerugian mencapai US$ 9 miliar.
Selanjutnya Kebakaran tahun 1997 Berdasar laporan TIME, peristiwa yang melanda Indonesia pada 1997-1998 jadi salah satu catatan terparah dalam kebakaran hutan. Pasalnya, kebakaran yang disinyalir karena peladangan tebang bakar ditambah fenomena el Nino bikin cuaca kering dan kemarau berkepanjangan.
Data dari ENSO dalam CIFOR Occasional Paper menyebutkan sekitar 9.75 ha terbakar selama peristiwa ini. Kabut asap pun menyelimuti selama beberapa bulan di berbagai daerah, termasuk negara lain, seperti Singapura, Malaysia, Thailand, bahkan Brunei, Filipina, dan Vietnam. Kerugian juga disinyalir sampai US$4,47 miliar.
Kebakaran tahun 2015 Disebut sebagai kebakaran hutan terburuk dalam sejarah, peristiwa kebakaran hutan tahun 2015 memang memilukan. Lahan yang terbakar mencapai 2,6 juta ha dan sebabkan perekonomian Riau lumpuh.
Wilayah lain pun nggak luput terkena imbas kabut asap. Bahkan, peristiwa ini menewaskan 19 orang dan ribuan orang lainnya terkena ISPA, asma, dan penyakit akibat kabut asap.
Bank Dunia sendiri merilis laporan yang menyebut akibat peristiwa kabut asap ini, Indonesia rugi lebih dari US$16 miliar.
Robert Field, peneliti dari Columbia University yang bekerja untuk NASA juga bilang, peristiwa kebakaran tahun 2017 serupa dengan tahun 1997 dan jadi bencana kabut asap terparah.
Akibat kebakaran hutan ini asap merajalela, tidak ada satu sudutpun terlepas dari tamu yang satu ini yaitu asap.
Asap sudah menjadi tamu tak diundang setiap tahunnya, akhirnya berganti nama Musim Asap, inilah musim ketiga yang datang di wilayah Sumatera dan Kalimantan.
Secara umum kabut asap dapat mengganggu kesehatan semua orang, baik yang dalam kondisi sehat maupun sakit.
Dampak langsung antara lain, Infeksi Paru dan Saluran Napas.
Kabut asap dapat menyebabkan iritasi lokal / setempat pada selaput lendir di hidung, mulut dan tenggorokan yang memang langsung kena asap kebakaran hutan, serta menyebabkan reaksi alergi, peradangan dan mungkin juga infeksi.
Mulai ISPA dan bila berat bisa sampai ke pneumoniaJadi, ISPA di kebakaran hutan (yang paling banyak dibicarakan) terjadi melalui 3 mekanisme : a. Iritasi b. Infeksi c. Penurunan daya tahan tubuh‎ untuk melawan kuman / virus, ‎
Mata & Kulit, yang langsung terpapar asap.
Gangguan iritasi serupa juga dapat terjadi di mata dan kulit, yang langsung kontak dengan asap kebakaran hutan, menimbulkan keluhan gatal, mata berair, peradangan dan infeksi yang memberat
Selain itu dampak kabut asap dapat memperburuk asma dan penyakit paru kronis lain, seperti bronkitis kronik, PPOK dll.
Karena asap kebakaran hutan akan masuk terhirup ke dalam paru‎. Kemampuan kerja paru menjadi berkurang dan menyebabkan orang mudah lelah dan mengalami kesulitan bernapas.
Selain itu dampak tidak langsung juga mengintai, Bahan polutan di asap kebakaran hutan yang jatuh ke permukaan bumi juga mungkin dapat menjadi sumber polutan di sarana air bersih dan makanan yang tidak terlindungi.
Kalau kemudian air dan makan‎an terkontaminasi itu dikonsumsi masyarakat, maka bukan tidak mungkin terjadi gangguan saluran cerna dan penyakit lainnya.
Kemudian secara umum maka berbagai penyakit kronik di berbagai organ tubuh (jantung, hati, ginjal dll) juga dapat saja memburuk.
Hal ini antara lain terjadi karena dampak tidak langsung di mana kabut asap menurunkan daya tahan tubuh dan juga menimbulkan stress ‎‎ Ditegaskan sekali lagi bahwa mereka yang berusia lanjut dan anak-anak (juga mereka yang punya penyakit kronik) dengan daya tahan tubuh rendah akan lebih rentan untuk mendapat gangguan kesehatan‎.
Saat ini Musim Ketiga itu datang lagi sudah makin pekat jelebu menyelimuti bumi, saat musim hujan datang barulah akan berakhir Musim Asap, namun entah kapan, menjelang itu satu persatu anak Negeri Lancang Kuning berjatuhan menjadi korban, kalau musim ini terus belanjut, maka musim ketiga ini akan menjadi Gonosida bagi masyarakat yang rutin tiap tahun menghirupnya.
Maka sebelum semua terjadi, hijrahlah….. jangan ada lagi musim ketiga ditahun mendatang.
Penulis: Kasi Pendis Kantor Kemenag Kabupaten Pelalawan ( Editor)